Karena engkau perempuan,Sri

Karena engkau perempuan,Sri
maka aku terbujur
sepi..
lusuh....
Di ranjangmu berbau mimpi
kau renda malam
merajut masa silam
pahamu yang putih kau singkap
aku karam ke dasar sukmamu



Engkau bicara kasmaran
saat dosa bukan bagian dari rencana
ketidakberdayaan jiwaku tergadai
di atas ranjang gemerincing
lembaran-lembaran abad yang resah
keberuntungan dan bencana
teka-teki dunia
harapan negeri dongeng

Ya...ya...ya...aku tahu
setiap malam selalu kau tawarkan tembang lawas
ujung dari segala dahaga dunia
aku rengkuh demi penciptaan jiwa
desahmu bagai unggas betina
aku bagai serigala kelaparan
kau bakar

Di bawah bulan ku tutupi ketidakmampuan
senggamai peradaban
bermain cinta semalam suntuk
atau membuktikan bahwa cuaca
hari ini lebih baik ketimbang kemarin

Inilah kenyataannya,Sri
kenapa ketidakbedayaanku rebah
di sisi malam yang mempertautkan kita
meski tak saling kenal

Pertemuan ini bagai pertanyaan Resi Bisma
pada baik dan bathil
lantas apa bedanya?
belantara manusia tetap belantara kata-kata
yang akan terus mencari majikannya.

Karena engkau perempuan,Sri
saku jiwaku yang kian hampa
dinding bathinku tak berdaya
intuisiku membentur lemari pejabat dan arsip-arsip butut
asesoris setiap kebijaksanaan mereka
jantungku berserakkan di pasar loak
di tikam peradaban
ekonomi masih menjadi panglima
mereka berburu kepuasan di padang serigala
mereka berkejaran
Mengejar...

Bikinlah mereka terpana
tubuhmu mampu bersaing dengan pemodal asing
pasang tarip lantas kau senggol ekspor non migas
kayu jati tersipu dengan pinggulmu yang kencang
bikinlah pamor kaum agraris
cuaca yang cerah semerah bibirmu
geser citra non migas dan kayu jati sebagai komoditi

Dunia pasti terpana
terus terpana..


Denpasar, November 97

Facebook Twitter RSS